MANISNYA TAWAKKAL ( DARI MAJALAH TASHFIYAH, EDISI 9)

Tawakkal kepada Allah merupakan kewajiban bagi setiap pribadi muslim. Tawakkal adalah sebuah ibadah yang sangat angung nan mulia dalam syariat islam. Allah berfirman :

" Dan hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakkal, jika kalian bear-benar orang yang beriman" ( Q.S. Al-Maidah : 23)

Takwakkal termasuk ibadah qalbu yang tidak nampak oleh pandangan mata yang lahiriah. Sulit bagi kita untuk mengetahui sejauh mana tawakkal seorang hamba kepada Allah. Namun, seungguhpun demikian, tawakkal mampu memberikan pengaruh yang sangat besar dalam ucapan maupun amalan perbuatan. Aplikasinya sangat nampak dala, kehidupan sehari-hari. Sebagaimana hal itu bisa terlihat pada Nabi Ibrahim as dan Nabi Muhammad saw. Sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam kitab shahihnya dari Ibnu Abbas ketika Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam kobaran api yang membara, beliau pun mengatakan :

" Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik yang diserahi urusan." Kalimat ini pulalah yang diucapkan oleh Rasulullah ketika dikatakan kepada beliau, "Sesungguhnya orang-orang musyrik telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian, karena itu takutlah kalian kepada mereka." Sepenggal kisah ini menggambarkan betapa kuatnya tawakkal dua kekasih Allah, yaitu Nabi Ibrahim as dan Nabi Muhammad saw. 

Sungguh benar apa yang dikatakan dalam Ibnul Qayyim dalam kitabnya Al-Fawai, " Tawakkal adalah faktor paling utama yang bisa mempertahankan seorang hamba ketika tidak memiliki kekuatan dari serangan manusia yang menindas dan memusuhinya. tawakkal adalah sarana yang paling ampuh untuk menghadapi kondisi seperti itu, karena ia menjadikan Allah sebagai pelindungnya atau yang memberikannya kecukupan.

MAKNA TAWAKKAL

Para ulama telah menjelaskan definisi tawakkal dengan redaksi yang berbeda-beda. Salah satu definisi tawakkal yang terbaik yaitu tawakkal adalah bersandar kepada Allah swt dalam meraih keinginan dan menghindarkan diri dari mara bahaya engan penuh keercayaan kepada-Nya dibarengi dengan usaha-usaha yang diperbolehkan secara syar'i. Dengan demikian tawakkal memiliki dua elemen vital yang tidak bisa terpisahkan satu sama lain, yaitu :

1. Sandaran vertikal yang sejati kepada Allah, artinya seorang hamba menggantungkan seluruh harapan hanya kepada Allah dan menyakini hanya Dia yang mampu memberikan manfaat dan mencegah mudharat. Barangsiapa lebih mengandalkan usahanya dalam meraih keinginan atau cita-cita, berarti dia bukan seorang yang betawakkal dan pasti akan menuai banyak kegagalan. Renungkanlah betapa banyak orang pandai lagi rajin belajar yang gagal dalam ujian akhir. Begitu banyak orang yang bekerja keras setiap hari, memeras keringat dan membanting tulang demi mencari rezeki namun hasil yang diperoleh masih jauh dari harapan atau gagal total sehingga sama sekali tidak mendapatkan hasil. Realita ini menunjukkan bahwa usaha bukan faktor satu-satunya penentu keberhasilan seseorang dalam meraih cita-cita, Allah lah yang menentukkan hasil akhirnya dan seorang hamba hanya dituntut untuk berusaha lalu menggantungkan sepenuh harapannya kepada Allah. Oleh karenanya, janganlah menjadikan usaha atau ikhtiar sebagai satu-satunya sandaran.
2. Melakukan usaha-usaha yang diperbolehkan, merealisasikan tawakkal bukan berarti meniadakan usaha. Bahkan, ikhtiar atau usaha merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tawakkal. hal ini sangat penting untuk kita ketahui mengingat tidak sedikit kaum muslimin yang memahami bahwa tawakkal adalah pasrah. Sebagian orang ketika tertimpa musibah yang cukup berat, mereka mengatakan "Kita tawakkal/pasrah saja kepada Allah." tanpa melakukan usaha utuk lepas dari musibah tersebut. Ini tentunya sebuah kekeliruan. Islam telah mengajarkan banyak keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan. Misalnya dalam meraih rezeki , islam tidak mengajarkan untuk berpangku tangan, menghitung bintang di langit, dan hanya berdiam diri di rumah tanpa berusaha.

SEMOGA BERMANFAAT :)